Minggu, 18 Maret 2012

Pengertian Sitohistoteknologi

SITOHISTOTEKNOLOGI

Pendahuluan
Sitohistoteknologi terdiri dari : Sito berarti sel dan Histo berarti jaringan. Jadi merupakan ilmu yang mempelajari tentang sel dan jaringan. Apakah unsur-unsur jaringan itu? Dalam jaringan pada umumnya terdapat 3 komponen dasar yang menyusunnya yaitu : Sel , Substansi Interseluler dan Cairan.
1. Sel
Merupakan komponen yang bersifat hidup dalam jaringan dan merupakan unit struktural dan fungsional yang terkecil dari organisme.
2. Substansi Interseluler
Bersifat tidak hidup dan sebagai hasil produksi sel. Terdapat diantara sel-sel didalam jaringan. Bentuk fisiknya dapat dipilahkan :
a. Sebagai substansi dasar karena tidak berbentuk dan dalam keadaan setengah padat.
b. Sebagai serabut.
3. Cairan
Merupakan komponen yang menonjol dalam plasma darah, cairan limfa, cairan jaringan dsb.

Susunan kimia jaringan tubuh kita terdiri atas :
Air 65 - 70 %
Protein 10 %
Lipid 10 - 15 %
Karbohidrat 10 %
Zat Anorganik 5 %
Berdasarkan fungsi dan strukturnya jaringan tubuh dikelompokkan menjadi 4 macam jaringan dasar yaitu :
1. Jaringan Epitil
Terdiri dari kumpulan sel-sel yang sangat rapat susunannya sehingga membentuk suatu lembaran, oleh karena itu disebut pula sebagai membran epitil / epitil saja untuk membedakan dengan epitil kelenjar. Jaringan ini tidak mempunyai substansi interseluler dan cairannya sangat sedikit.

2. Jaringan Pengikat
Sel-selnya tidak rapat susunannya karena dipisahkan oleh sunstansi interseluler yang nyata. Fungsi utama adalah mengikatkan ketiga jenis jaringan dasar lainnya ataupun antara organ-organ dalam tubuh. Fungsi lain adalah sebagai jaringan penyokong dll.
Oleh karena itu atas dasar struktur dan fungsi yang berbeda tersebut jaringan pengikat dalam arti luas dikelompokkan dalam :
1. Jaringan pengikat sebenarnya
2. Jaringan Kartilago
3. Jaringan Tulang
4. Jaringan Mieloid
5. Jaringan Darah
6. Jaringan Limfoid

3. Jaringan Otot
Terdiri atas sel-sel yang berfungsi untuk menggerakkan bagian-bagian tubuh. Pada umumnya selnya berbentuk memanjang bahkan dapat berbentuk sebagai serabut yang dapat berubah memendek.

4. Jaringan Syaraf
Terdiri dari sel-sel yang mempunyai tonjolan-tonjolan yang berfungsi menghantarkan impuls listrik dalam tugas koordinasi kegiatan alat-alat tubuh.


EPITIL PERMUKAAN

Epitil dikelompokkan menjadi :
1. Jaringan epitil yang menutupi dan membatasi permukaan luar dan dalam tubuh yang disebut sebagai epitil permukaan.
2. Jaringan Epitil yang tumbuh kedalam jaringan pengikat menjadi epitil kelenjar.

Asal Epitil
Sebagian besar epitil tumbuh dari lapisan ektoderm dan endoderm embrio, walaupun ada sejumlah epitil berasal dari mesoderm (misal pada sistem urogenitalis dan cortex glandula suprarenalis).
Epitil yang berbentuk membran dan berasal dari mesoderm ada 2 macam yaitu :
a. Endothelium / Endotil
Merupakan susunan sel-sel yang membatasi permukaan dalam pembuluh darah, jantung dan penbuluh limfa.
b. Mesothelium / Mesotil
Merupakan susunan sel-sel yang membatasi rongga tubuh yang besar yang juga menutupi beberapa organ tertentu misal yang melapisi Peritoneum, Pleura dan Pericardium.

Fungsi Umum Membran Epitil :
1. Proteksi / Perlindungan, karena epitil melapisi permukaan dalam dan luar tubuh.
2. Absorbsi, misal : epitil yang membatasi permukaan dalam usus. Selain berfungsi perlindungan juga berperan dalam proses penyerapan hasil-hasil pencernaan makanan yang bekerja secara selektif.
3. Lubrikasi
Misal epitil yang melapisi vagina yang tidak memiliki kelenjar.
4. Sekretoris , bertindak sebagai kelenjar.
Macam Epitil
Epitil diklasifikasikan berdasarkan :
a. Bentuk sel-sel yang menyusunnya.
b. Jumlah susunan sel-sel dalam epitil dsb.

Bentuk sel Epitil
Pada umumnya dibedakan 3 macam yaitu :
1. Sel Gepeng
2. Sel Kuboid
3. Sel Silindris

1. Sel Gepeng
Karena berbentuk sebagai sisik ikan (squamous cell). Ukuran tinggi / tebal kurang dari ukuran ukuran panjang dan lebar selnya. Dari permukaan tampak sel-sel bentuk poligonal.
2. Sel Kuboid
Ukuran tebal dan panjang yang sama sehingga nampak sebagai bujur sangkar. Dari permukaan bentuk sel tampak poligonal.
3. Sel Silindris
Ukuran tinggi melebihi ukuran lebarnya. Dari permukaan bentuk sel tampak poligonal biasanya inti bentuk oval terletak agak kearah basal.

Berdasarkan susunan sel-sel yang membentuk epitil dibedakan menjadi :
- Epitil selapis (Epithelium simplex)
- Epitil berlapis (Epithelium complex)
- Epitil semu berlapis / epitil bertingkat (Epithelium Pseudocomplex)

Atas dasar bentuk sel dan susunan sel yang membentuk epitilnya maka penamaannya yang terdapat dalam tubuh menentukan jenis epitil :
1. Epitil Gepeng Selapis (Epithelium Squamous Simplex)
Seluruh sel yang menyusun epitil ini berbentuk gepeng dab tersusun dalam satu lapisan. Batas-batas sel baru jelas bila sediaan diwarnai dengan AgNO3. Epitil jenis ini terdapat misal pada : permukaan dalam membrana Tympani, Lamina Parietalis Capsula Bowmani, Rete testism Ductus Alveolaris, Alveoli pada paru-paru, Pars Descendens Ansa Henlei pada ginjal, Mesotil yang membatasi rongga Serosa, Endotil yang membatasi permukaan sistem peredaran.

2. Epitil Kuboid Selapis (Epithelium Cuboideum Simplex)
Agak jarang ditemukan dalam tubuh. Susunannya terdiri atas selapis sel yang berbentuk kuboid dengan inti yang bulat di tengah. Dijumpai pada Plexus Choroideus di Ventriculus otak, Folikel Glandula Thyroidea, Epithelium Germinativum pada permukaan ovarium, Epithelium Pigmentosum Retinae dan Ductus Excretorius beberapa kelenjar.

3. Epitil Silindris Selapis (Epithelium Cylindricum Simplex)
Terdiri atas selapis sel-sel yang berbentuk silindris sehingga inti yang berbentuk oval tampak terletak pada satu deretan. Diketahui pada permukaan sel lendir Tractus Digestivus dari lambung sampai anus, Vesica Fellea dan Ductus Excretorius pada beberapa kelenjar.

4. Epitil Gepeng Berlapis (Epithelium Squamousum Complex)
Lebih tebal dari epitil selapis. Pada potongan melintang permukaan tampak terlihat berbagai bentuk sel yang menyusunnya. Yang berbentuk gepeng hanyalah sel-sel pada lapisan permukaan, sel-sel yang terletak lebih dalam bentuknya berubah. Epitel jenis ini sangat cocok untuk fungsi proteksi, tetapi kurang cocok untuk fungsi sekresi. Epitel jenis ini dibedakan 2 macam :
a. Epitil Gepeng berlapis tanpa keratin.
Terdapat pada permukaan basah misal : Cavum oris, esophagus, Cornea, Conjunctiva, Vagina dan Urethra Feminima.
b. Epitil Gepeng berlapis berkeratin
Pada epidermis kulit.

5. Epitil Silindris Berlapis (Epithelium Cylindricum Complex).
Terdiri atas beberapa lapisan sel dengan lapisan teratas berbentuk silindris dan bagian basal selnya tidak mencapai membrana basalis. Ditemukan pada : peralihan Oropharynx ke Larynx, Urethra Pars Cavernosa, Ductus Excretorius beberapa kelenjar.

6. Epitil Kuboid Berlapis (Epithelium Cuboideum Complex)
Terdiri atas sel-sel permukaan yang berbentuk kuboid. Jenis ini tidak terlalu banyak diketemukan dalam tubuh misal : pada ductus excretorius glandula parotis dan dinding Anthrum Folliculli Ovarii.

7. Epitil Silindris Bertingkat (Epithelium Cylindricum Pseudocomplex)
Semua sel-sel yang menyusunnya mencapai membrana basalis, karena tinggi sel-selnya tidak sama, maka puncaknya tidak semua mencapai permukaan epitil.
Mempunyai modifikasi adanya silia pada permukaan sel yang berukuran tinggi disebut sebagai epitil silindris bertingkat bersilia yang terdapat pada : Trachea, Bronchus yang besar dan ductus deferens. Pada trachea sel-sel yang mencapai permukaan ada 2 jenis yaitu sel bersilia dan sel piala (Goblet cell) yang berfungsi sebagai sel kelenjar.

8. Epitil Transisional
Merupakan bentuk peralihan yang berubah bentuknya tergantung dari keadaan ruangan organ yang dibatasi. Epitil ini sangat tepat untuk melapisi permukaan suatu organ berongga yang selalu mengalami perubahan volume seperti kandung kemih.

Jaringan Otot
Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus berkontraksi sehingga ada gerakan. Otot terdiri atas serabut silindris yang mempunyai sifat yang sama dengan sel dari jaringan lain. Ada 3 jenis otot :
1. Otot bergaris (otot lurik, otot kerangka atau otot sadar) berkontraksi karena rangsangan saraf.
2. Otot Polos (otot tidak bergaris, otot licin, otot tak sadar) berkontraksi tanpa rangsangan saraf.
3. Otot jantung : otot bergaris seperti otot lurik, mempunyai kemampuan khusus : berkontraksi otomatis dan ritmis tanpa tergantung ada tidaknya rangsangan saraf.

Jaringan Saraf
Terdiri atas tiga unsur yaitu :
1. Unsur berwarna abu-abu yang membentuk sel saraf.
2. Unsur putih, serabut saraf
3. Neuroglia, sejenis sel pendukung yang menghimpun dan menopang sel saraf dengan serabut saraf.
Setiap sel saraf dengan prosensusnya yaitu neuron.

Jaringan Pengikat (Connective Tissue)
Gambaran Histologis yang merupakan ciri :
1. Terdiri dari macam-macam sel.
2. Terdapat substansi interseluler
3. Berasal dari jaringan Mesenkhim.

Fungsi :
1. Mengikat, menghubungkan dan mengisi celah antara jaringan lain.
2. Sebagai penyokong atau penopang
3. Berfungsi khusus.

Berdasarkan fungsi dan gambaran Histologis tsb dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok :
1. Jaringan pengikat biasa
2. Jaringan pengikat penyokong yang mencakup kartilago dan tulang
3. Jaringan Hemopoietik, darah dan jaringan Limfoid

Komponen jaringan pengikat terdiri atas :
 Sel
 Substansi dasar : substansi amorf tempat komponen-komponen lain dari jaringan pengikat terendam.
- Mukopolisakarida (lendir) terdiri atas :
Asam hialuronik tanpa gugus sulfat dan asam kondroitin sulfurik.
- Glikoprotein (dapat diwarnai dengan PAS)
 Komponen Fibriler
- Serabut kolagen
- Serabut elastis
- Serabut Retikuler

Serabut Kolagen
Terbentuk dari protein dari kolam, merupakan jenis protein paling banyak dalam tubuh. Dimeter 1 m – 12 m, rata-rata 7,7 m. Dalam jaringan pengikat longgar sehingga tampak berjalan bergelombang. Merupakan gambaran serabut halus yaitu fibril. Pada kondisi segar berwarna putih berbentuk serabut putih dan merupakanbahan keras, bila direbus menjadi lunak disebut gelatin. Dengan pewarnaan biasa (H.E) berwarna merah muda / merah. Dengan pewarnaan khusus Van Giessen berwarna merah cerah, dengan Pewarnaan Mallory berwarna biru.

Serabut Elastis
Penyusunnya adalah protein elastis, bersifat sangat tahan terhadap pengaruh kimia, dalam keadaan segar berwarna kuning, bersifat kenyal. Pewarnaan HE berwarna lebih merah. Pewarnaan khusus yaitu zat warna Orcein / Resorchin-fuchsin (Weigert). Serabutnya tipis dan panjang dengan ketebalan < 1 m sampai dengan beberapa m.

Serabut Retikuler
Serabut-serabut halus yang saling berhubungan membentuk anyaman / jala. Sangat sulit dilihat dengan pewarnaan H.E. Dengan Impregnasi garam perak tampak anyaman hitam. Dapat diwarnai dengan PAS. Banyak dijumpai sebagai kerangka dalam jaringan Limfoid dan Hemopoeitik.

Berdasarkan Tingkat Diferensiasi jaringan pengikat dibedakan :
1. Jaringan Pengikat Embrional
Dalam embrio ada 2 jenis yaitu : jaringan mesenkhim dan jaringan mukosa. Jaringan mukosa yang juga merupakan jaringan embrional terdapat pada tali pusat, humor vitreus dalam bola mata. Bentuk sel oval stelat dengan inti sesuai bentuk selnya.
2. Jaringan Pengikat Dewasa
Ada 5 jenis :
1. Jaringan pengikat longgar
2. Jaringan pengikat padat
3. Jaringan pengikat retikuler
4. Jaringan pengikat berpigmen
5. Jaringan lemak.

1. Jaringan pengikat longgar
Mempunayai struktur longgar, komponen sel-selnya dipisahkan oleh substansi interseluler yang nyata. Jenis sel yang terdapat dalam jaringan ini adalah fibroblas, sel lemak, Plasmasit, Makrofag, mastosit, sel-sel mesenkhim belum berdifendiasi, sel imigran dan sel pigmen.
2. Jaringan pengikat padat
Hubungan komponen jaringan yang menyusunnya rapat.
3. Jaringan pengikat retikuler
Sebagian besar tersusun atas serabut retikuler, biasanya terdapat sel retikuler primitif / sel makrofag dengan semua bentuk peralihannya. Serabut dan sel-selnya membangun kerangka (stroma) dalam jaringan limfoid dan jaringan mieloid.
4. Jaringan pengikat berpigmen
Tidak banyak terdapat dalam tubuh, diantaranya terdapat sebagai Tunica Suprachoroidea dan lamina fusca yang terdapat dalam Sclera bola mata. Karena adanya pigmen, tidak memerlukan pewarnaan khusus karena sel berpigmen (melanosit) sangat mudah dicari.
5. Jaringan Lemak
Sebagai pelindung terhadap gangguan suhu dan mekanik, berperan penting dalam metabolisme.


Jaringan pengikat Penyokong
Terdiri atas cartilago (tulang rawan) dan tulang. Mempunyai daya tahan besar karena struktur yang sangat berbeda.
Cartilago (tulang rawan)
Tidak memiliki pembuluh darah untuk nutrisinya. Substansi dasar mengandung serabut kolagen atau dengan serabut elastis. Mempunyai kemampuan tumbuh cepat sehingga merupakan kerangka sementara yang baik untuk embrio yang kelak diganti dengan jaringan tulang.
Pada permukaan persendian, cartilago dipertahankan untuk mengatasi pergesekan antara ujung-ujung tulang.
Struktur Histologi : terdiri atas komponen sel, serabut-serabut, dan substansi dasar (matriks).
Pada permukaan cartilago terdapat jaringan pengikat padat fibrosa yaitu Perichondrium kecuali pada permukaan sendi.
Berdasarkan jumlah matriks dan komposisi serabut-serabutnya dalam tubuh ada 3 jenis cartilago yaitu :
1. Cartilago Hyalin
Berwarna putih bening, terdapat pada permukaan persendian sebagai cartilago articularis. Pada saluran nafas, hidung, larynx, trachea, bronchus sebagai kerangka dinding.
2. Cartilago Elastis
Berwarna kekuning-kuningan, lebih lentur, terdapat pada cuping telinga, dinding saluran telinga luar, tuba eustachii, epiglotis, dan sebagian kerangka larynx.
3. Cartilago Fibrosa
Bentuk peralihan dari cartilago hyalin yaitu jaringan pengikat padat.

Jaringan Tulang
Beberapa perbedaan pokok dengan cartilago adalah :
1. Tulang memiliki sistem kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang.
2. Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel tulang
3. Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi.
4. Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.
Adanya pengapuran dalam substansi tulang sehingga pembuatan sediaan tulang yang disayat memerlukan teknik khusus. Agar mudah disayat dengan mikrotom, garam kapur dalam substansi interseluler dikeluarkan dahulu dengan dekalsifikasi menggunakan asam (misal : asam nitrat 5 % atau dengan EDTA / Ethylene Diamine Tetra acetic Acid). Cara lain tanpa dekalsifikasi adalah dengan menggosok sampai menjadi keping-keping tulang sangat tipis sehingga dapat diamati dengan mikroskop cahaya.

PERADANGAN
Radang adalah merupakan reaksi lokal jaringan vaskuler terhadap jejas. Tanda utama radang :
1. Bengkak (tumor).
2. Merah (Rubor)
3. Panas (Calor)
4. Nyeri (Dolor)
5. Gangguan Fungsi

Dasar Reaksi radang :
Suatu jaringan vaskuler bila mendapat jejas akan terjadi perubahan-perubahan sebagai usaha tubuh untuk memusnahkan agent yang membahayakan. Perubahan-perubahan tersebut antara lain :
1. Perubahan Hemodinamika
a. Vasokonstriksi
b. Vasodilatasi
c. Aliran darah menurun
d. Leukosit akan menepi (margination) dan memipih sepanjang dinding pembuluh darah (pavementing).
2. Perubahan permeabilitas
3. Eksudasi leukosit dan memakan agen (fagositosis)

Tahap-tahap proses fagositosis :
1. Pengenalan (recognation) melalui proses opsonisasi
2. Ditelan dengan pembentukan pseudopoda fagolisosom
3. Penghancuran (degradation)

Beberapa cara penghancuran agent yang sudah berada didalam fagolisosom :
1. Mekanisme penghancuran yang tergantung dengan oksigen
a. Sistim H2O2 myeloperoksidase halide
b. Super oksida (O2-)
2. Mekanisme penghancuran yang tidak tergantung dengan oksigen
a. Ion hidrogen yang mempengaruhi pH
b. Enzim lisosome
c. Fagositin

Mediator kimiawi radang :
Berupa yang berasal dari plasma, sel maupun jaringan yang rusak. Bahan tersebut diantaranya :
1. Vasoactive amin
2. Plasma Protease
a. Sistim Kinin
b. Sistim komplemen
c. Sistim koagulasi fibrinolitik
3. Prostaglandin
4. Produk Netrofil
5. Mediator lain seperti : Slow Reacting Substance, Endogeneus Pyrogen dan Substan P.

Sel Radang
Merupakan sel yang ikut aktif pada reaksi radang. Yang termasuk sel radang antara lain :
1. P.M.N : Neutrofil, Eosinofil dan Basofil
2. Monosit
3. Limfosit
4. Plasma Cell : Sel B, Sel T dan Sel Noel.

Neutrofil
Merupakan sel yang pertama yang mengikuti reaksi keradangan. Disamping berfungsi untuk pertahanan tubuh juga ikut mengembangkan reaksi keradangan lebih lanjut. Mempunyai 2 jenis granula :
1. Granula yang spesifik, berisi :
a. Lisosim
b. Lactoferrin
c. Alkaline Fosfatase
2. Azurophilic Granula, berisi :
a. Acid Hydrolase
b. Neutral Protease
c. Myeloperoksidase
d. Lisosim
Neutrofil merupakan sel dengan diferensiasi yang tinggi, sel ini mempunyai :
1. Reseptor pada membran yang berfungsi untuk pengenalan benda asing.
2. Protein yang kontraktil yang berfungsi untuk pergerakan perubahan bentuk.
3. Bahan-bahan untuk fagositosis maupun penghancuran dalam sitoplasma.

Eosinofil
Dengan pewarnaan eosin berwarna merah, sitoplasmanya mengandung granula yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap asam eosin. Sel ini mempunyai bahan-bahan :
1. Peroksidase (untuk deaminasi oksidatif histamin)
2. Aryl Sulfatase B (yang merusak SRS dari reaksi anafilaktik)
3. Histaminase ( untuk deaminasi oksidatif histamin)
4. Fosfolipase D (yang menginaktifkan platelet anaphylaxis factor)
Sel ini selain berfungsi melindungi tubuh dari benda asing juga berfungsi mengakhiri reaksi alergi. Sel ini juga banyak dijumpai pada infeksi parasit.

Basofil dan Mast Cell
Mempunyai fungsi yang mirip didalam reaksi alergi (hipersensitivitas tipe I). Perbedaan secara morfologi :
- Basofil mempunyai inti besar berlobi, sitoplasma mengandung granula yang berisi heparin, histamin dan tidak mengandung asam hidrolase.
- Basofil didapatkan didalam sirkulasi
- Mast cell diduga berasal dari jaringan ikat, mempunyai inti yang bulat dan bergranula yang mengandung heparin, histamin, dan asam hidrolase.

Monosit dan makrofage
Merupakan sel pembersih didalam tubuh. Berada di lokasi keradangan pada stadium lanjut, memakan partikel asing, debris dari sel tubuh yang rusak, darah merah yang rusak, protein dll. Termasuk sistim phagositosis yang mononuklear.
Didalam reaksi keradangan Makrofage bertugas :
1. Fagositosis dan penghancuran organisme / benda asing
2. Melepaskan enzim yang potensial
3. melepaskan bahan kemotaksis dan permeabilisator yang berfungsi untuk memperpanjang reaksi keradangan.
4. Melepaskan bahan-bahan yang merangsang leukositosis dan panas.
5. Melepaskan bahan yang membantu penyembuhan
6. Melepaskan protein yang penting untuk pertahanan tubuh.

Limfosit dan Plasma cell
Berfungsi didalam reaksi imunologis dan memproduksi antibodi. Berfungsi didalam reaksi hipersensitivitas yang lambat. Banyak didapatkan pada radang Granulomatous seperti tbc, lues dan reaksi radang akibat infeksi virus maupun Rickettsia.

Jenis radang :
1. Radang akut
2. Radang kronis
3. Radang granulomatik

1. Radang Akut
Ditandai adanya perubahan permeabilitas vaskuler dan eksudasi. Eksudatnya berisi cairan plasma, protein dan sel. Berdasarkan komposisi bahan-bahan tersebut maka eksudat radang akut dapat dibagi :
a. Eksudat yang serous
Merupakan eksudat yang rendah protein, dapat Berasal dari serum darah atau sekresi sel mesotel, misal : eksudat luka bakar. Secara mikroskopis sukar dilihat ; biasanya berdasarkan adanya ruangan abnormal diantara sel yang berisi presipitat yang halus.
b. Eksudat Fibrinosa
Mrpkan eksudat yang kaya protein, termasuk fibrinogen dan endapan masa fibrin yang khusus pada respons inflamasi tertentu. Misal : rematik yang mengenai cavum pericardii.
c. Eksudat Supurative atau Purulent
Eksudat kaya akan pus yang banyak dihasilkan kuman pyogenik misal : Staphylococcus, Pneumococcus dsb. Eksudat purulent sering dijumpai pada apendisitis akut, abses.
d. Eksudat Hemoragik
Eksudat ini akibat beratnya jejas akibat pecahnya pembuluh darah atau diapedesis eritrosit. Dasarnya adalah dapat berupa eksudat fibrinosa atau supuratif, oleh karena terjadi ekstravasasi sehingga disebut Eksudat hemoragik.

2. Radang Kronis
Berjalan lama, terdapat proses fibroblastik (proliferasi) sehingga proses eksudasi sangat berkurang. Sel radang yang sering tampak adalah sel radang yang mempunyai gerakan lambat misal : limfosit, monosit dll.

3. Radang Granulomatous
Merupakan radang kronis yang membuat jaringan granulasi yang khusus yang disebut granuloma. Granuloma merupakan kumpoulan sel radang (modifikasi makrofage) yang dikenal sebagai sel epiteloid, Biasanya dikelilingi oleh lingkaran limfosit. Secara histologis (dari luar kedalam) suatu granuloma terdiri dari 3 daerah :
1. Daerah Limfosit (paling luar)
2. Daerah sel epilteloid, dapat disertai maupun tanpa sel datia.
3. Dibagian tengah pada tuberkel lunak didapatkan nekrosis pengejuan .
Granuloma didapatkan pada TBC, Sarkoidosis, Kandidiasis, lues dan Aktinomikosis.

METODE PEMBUATAN SEDIAAN, FIKSASI, DEHIDRASI & PENJERNIHAN



METODE PEMBUATAN SEDIAAN, FIKSASI,
DEHIDRASI & PENJERNIHAN

A. METODE PEMBUATAN SEDIAAN
1. Metode Oles (Smear Methods)
Adalah suatu pembuatan sediaan dengan jalan mengoles / membuat selaput (film) dari substansi yang berupa cairan atau bukan cairan diatas gelas benda yg bersih dan bebas lemak, untuk selanjutnya kmd difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup.
Bahan yang sering dibuat sediaan oles : darah, nanah / jaringan-jaringan tertentu. Cara ini sangat baik untuk mempelajari : sitologi darah, sumsum tulang merah, eksudat dari bermacam-macam jaringan yg meradang.
Contoh pembuatan sediaan oles :
- Pembuatan sediaan darah tipis
- Pembuatan sediaan oles dari jaringan
- Pembuatan sediaan darah tebal
- Pembuatan sediaan nanah yang tebal (nanah diencerkan dahulu dgn serum / cairan lain, bila keruh, disentrifugasi, endapan diencerkan lagi, siap dioleskan)
Beberapa pewarnaan sediaan oles : Pewarnaan Giemsa, Pewarnaan May Grunwald (larutan eosin-methylen blue dlm methyl alkohol), Pewarnaan Pappenheim, Pewarnaan Wright.

2. Metode Rentang (Spread)
Adalah suatu metode pembuatan sediaan dengan cara merentangkan suatu jaringan pada permukaan gelas benda sehingga dapat diamati dengan mikroskop.
Bahan yang dibuat jaringan yang tipis, misal : pleura, mesenterium, peritoneum, pericardium, dsb. Dapat diamati tanpa pewarnaan / dengan pewarnaan Mallory-Acid Fuchsin : Hematoksilin ; Azure II-Eosin.

3. Metode Pencet (Squash)
Adalah metode untuk mendapatkan suatu sediaan dengan cara memencet suatu potongan jaringan atau suatu organisme secara keseluruhan sehingga didapatkan suatu sediaan yang tipis yang dapat diamati dengan mikroskop.
Digunakan untuk jaringan yang sel-selnya mudah lepas, misal : lien, sumsum tulang, tumor seluler dll. Diambil ± 1 mm. Pewarnaan yang digunakan : Larutan Carmine.

4. Metode Supravital
Adalah metode untuk mendapatkan sediaan dari sel / jaringan yang hidup.
Zat warna : Janus Green, Neutral Red, Methylen Blue dengan konsentrasi tertentu. Bahan : darah, epithelium mukosa mulut.

5. Metode Irisan
Suatu metode pembuatan sediaan dengan jalan membuat suatu irisan dengan tebal tertentu sehingga dapat diamati dengan mikroskop.
Ada 2 macam metode irisan :
- Metode irisan dengan tangan
- Metode irisan dengan mikrotom

 Metode Irisan dengan Mikrotom
Keuntungan : tebal irisan dapat diatur menurut tujuan dan kehendak pemeriksa.
 Macam-macam Mikrotom
1. Mikrotom geser (Sliding Microtome)
Disini jaringan tetap pada tempatnya sedangkan pisaunya yang bergerak. Jaringan yang akan dipotong adalah jaringan yang tanpa penanaman (embedding) terlebih dahulu. Irisan dikumpulkan pada wadah berisi air, disini pisau dan kuas harus basah.
2. Mikrotom beku (Freezing Microtome)
Alat dihubungkan dengan tabung yg berisi CO2 dingin melalui suatu pipa karet. Disini jaringan tetap berada pada tempatnya, sedang pisau yang bergerak ke muka dan ke belakang. Digunakan dalam sediaan irisan dengan metode beku.
3. Mikrotom putar (Rotary Microtome)
Disini pisau tetap pada tempatnya sedangkan jaringan yang bergerak keatas dan kebawah. Digunakan untuk pembuatan sediaan irisan dengan metode paraffin.
Cara ini banyak digunakan karena irisan yang diperoleh lebih tipis dibanding metode lain dan hampir semua jaringan dapat diiris dengan mikrotom ini.
Disini irisan jaringan yang terjadi satu sama lain saling bergandengan sehingga terbentuk pita yang panjang.

B. FIKSASI
Suatu usaha untuk mempertahankan elemen-elemen sel / jaringan agar tetap pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk dan ukuran. Zat yang digunakan : fiksatif.
Fiksatif :
- Mempunyai kemampuan mengubah indeks bias bagian sel sehingga mudah dilihat dengan mikroskop.
- Membuat jaringan mudah menyerap zat warna.
Lama fiksatif tergantung :
- Macam jaringan
- Tebal tipisnya jaringan
- Macam fiksatif yang dipergunakan.

Macam-macam fiksatif
a. Larutan fiksatif sederhana
Hanya mengandung satu macam zat saja. Misal : etanol 70-100% ; Formaldehyde 4-10% ; Asam asetat 0,3-5% ; Asam pikrat ; asam Chromiat 0,5-1 % dll.
b. Larutan Fiksatif Majemuk / campuran
Mengandung lebih dari satu macam zat. Misal : larutan Bouin (asam pikrat, formalin dan asam asetat glasial) ; Larutan Zenker (merkuri chlorida, potassium dichromate, aquadest) dll.
Larutan Zenker : Nuklei dan jaringan pengikat sangat terpulas baik terutama jaringan tumor.

C. DEHIDRASI
Adalah penarikan molekul air dari dalam jaringan. Dilakukan setelah proses fiksasi, kegagalan / ketidaksempurnaan pada proses ini menyebabkan kegagalan pada langkah selanjutnya.
Sel pada jaringan hidup mengandung air ± 85% , air tidak tercampur dengan paraffin / seloidin sehingga perlu dehidrasi. Kemikalia yang digunakan : ethanol, Dioxane, Acetone dsb. Dehidrasi menggunakan alkohol bertingkat mulai konsentrasi rendah sampai absolut.

D. PENJERNIHAN
- Kemikalia berfungsi membuat jaringan menjadi jernih dan transparan.
- Merupakan perantara antara proses dehidrasi dengan proses penanaman.
- Bila memakai alkohol pada dehidrasi perlu dilakukan dealkoholisasi.
- Waktu yang dipergunakan tergantung dari : tebal jaringan, zat penjernih yang dipergunakan.
- Macam-macam zat penjernih :
- Xylol / Xylene
Kebaikan : prosesnya cepat, mudah didapat. Kejelekan : jaringan dapat dipindahkan ke kemikalia ini hanya dari alkohol absolut.
- Toluol / Toluene
Kebaikan : harga murah, mudah didapat, prosesnya cepat dan jaringan menjadi jernih. Kejelekan : Bila terlalu lama dalam toluen jaringan menjadi keras dan sukar diiris, jaringan dapat dipindahkan kesini dari alkohol absolut.
- Minyak Cedar
Kebaikan : hanya sedikit mengerutkan jaringan. Kejelekan : prosesnya lambat.
- Chloroform
Kebaikan : hanya sedikit pengerutan, dapat digunakan untuk jaringan-jaringan yang besar. Kejelekan : mahal dan sukar dipindahkan ke paraffin
- Minyak Cengkeh
Kebaikan : proses cepat, jaringan dapat dipindahkan langsung dari alkohol 95 % , hanya sedikit pengerutan. Kejelekan : mahal harganya, sukar untuk memindahkan jaringan ke paraffin.
- Minyak Anilin
Kebaikan : proses cepat, dapat dipindahkan langsung dari alkohol 70 % dan hanya sedikit mengerutkan jaringan. Kejelekan : sukar dipindahkan ke parafin.
- n – Butyl Alkohol
Kebaikan : sangat baik untuk objek-objek yang keras dan padat. Kejelekan : memerlukan waktu lama.

METODE PARAFIN
 Kebaikan metode ini :
1. Irisan dapat jauh lebih tipis daripada menggunakan metode beku / seloidin (tebal irisan > 10 µ) dengan metode parafin tebal irisan 6 µ.
2. Irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah
3. Prosesnya jauh lebih cepat.
 Kejelekan :
1. Jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah.
2. jaringan yang besar tidak dapat dikerjakan
3. Sebagian besar enzim akan larut
 Urutan kerja pembuatan sediaan irisan dengan metode parafin :
Fiksasi ; pencucian (washing) ; dehidrasi ; penjernihan ; infiltrasi parafin ; penanaman (embedding) ; penyayatan (section) ; penempelan (affiksing) ; deparafinasi ; pewarnaan (staining) ; penutupan (mounting) ; labelling.


METODE PARAFIN
Fiksasi
Organ yang diambil segera difiksasi, kalau diperlukan sebelum difiksasi dicuci dulu dengan larutan garam difisiologis.
Pencucian
Untuk menghilangkan larutan fiksasi dari jaringan dilakukan beberapa kali dengan cermat dan teliti.
Dehidrasi
Untuk menarik air yang terdapat didalam jaringan agar nantinya seluruh ruang antar sel dalam jaringan dapat diisi oelh molekul-molekul parafin.
Dehidran yang paling banyak digunakan : alkohol (dari prosentasi rendah sampai yang absolut) setingkat demi setingkat karena untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan yang tiba-tiba terhadap sel jaringan sehingga perubahan struktur sel yang terjadi sekecil mungkin.
Penjernihan
ntuk menarik alkohol/ dehidran lain dalam jaringan agar nantinya dapat digantikan molekul parafin.
Infiltrasi Parafin
Dipilih parafin yang titik cairnya 50-56OC. Sebaiknya jaringan jangan dimasukkan langsung dari zat penjernih ke parafin murni tetapi kedalam campuran zat penjernih-parafin murni untuk menghindari perubahan lingkungan yang sangat mendadak terhadap jaringan sehingga jaringan dapat mengerut.dll.
Dalam campuran : selama 10 – 30 menit
Parafin murni I : 30 – 60 menit \
Parafin murni II : 30 – 60 menit } Tujuan : Agar jaringan mendapatkan
Parafin murni III : 30 – 60 menit / parafin yang betul murni.
Juga untuk mencegah tertahannya sejumlah besar zat penjernih didalam jaringan yang akan melunakkan jaringan dan membuat jaringan sukar diiris.

Penanaman Dalam Jaringan
Parafin yang digunakan mempeunyai titik cair yang sama dengan parafin untuk infiltrasi. Setelah jaringan dianggap cukup waktunya dalam parafin III tuangkan parafin murni kedalam kotak karton hingga penuh.
Ambil jaringan dengan cepat dari parafin III masukkan kotak yang berisi parafin cair dan usahakan tidak terjadi gelembung udara didalam blok, gelembung udara terjadi karena kecepatan pembekuan parafin yang tidak sama didalam kotok karton.
Penyayatan
Bila akan menempelkan irisan jaringan pada gelas benda, maka disiapkan dahulu alat / bahan sebagai berikut :
1. Gelas benda
2. Albumin Mayer untuk merekatkan jaringan pada gelas benda
3. Meja pemanas (hot Plate) : tempat pemanasan yang berfungsi untuk merentangkan irisan jaringan dan merekatkan jaringan pada gelas benda.
4. Pipet tetes
5. Aquadest
6. Sonde
Cara penempelan :
Teteskan setetes albumin Mayer pada gelas benda dan diratakan seluruh permukaan. Tetesilah aquadest (agar irisan jaringan yang akan diletakkan terentangm tidak melipat), lalu jaringan diletakkan dan angkat gelas benda letakkan pada meja pemanas. Atur letak irisan dengan 2 sonde. Dalam satu gelas benda dapat ditempel 1-2 irisan tergantung besar kecilnya jaringan. Setelah kering, siap untuk diwarnai tetapi dapat juga disimpan untuk beberapa hari.
Pewarnaan
Deparafinasi : menghilangkan parafin yang terdapat didalam jaringan. Caranya : merendam gelas benda yang berisi irisan jaringan kedalam Xylene ± 15 menit.
Berikutnya : Masukkan kedalam alkohol 96 %, 80 %, 70 %, dst sampai aquadest dengan waktu beberapa detik / 3-4 kali celupan. Masukkan kedalam larutan zat warna aquosa.

Pewarnaan Hematoxylin-Eosin
- Deparafinasi dengan xylene
- Kelebihan xylene diisap dengan kertas filter melalui tepi gelas benda.
- Celup sebentar dalam alkohol 96%, kemudian 80%, 70%, 50%, 30%, aquadest.
- Masukkan kedalam larutan Hematoxylin dengan waktu tertentu : 3-7 detik.
- Air mengalir : 10 menit. Cuci aquadest sebentar.
- Masukkan sebentar saja berturut-turut mulai dari alkohol 30%, 50%, 70%.
- Kemudian kedalam larutan eosin 0,5% (dalam alkohol 70%) 1-3 menit.
- Pewarnaan selesai, tetapi jaringan tidak dapat ditutup langsung dengan Canada balsam, karena Canada balsam dilarutkan dalam xylene, sedangkan jaringan masih berada dalam media alkohol 70% sehingga jaringan harus dibawa ke media xylene dulu.
- Dari larutan eosin 0,5% (dalam alkohol 70%) selanjutnya berturut-turut masukkan ke alkohol 70%, 80%, 96%, alkohol absolut, masing-masing sebentar saja.
- Masukkan xylene ± 10 menit (xylene berfungsi untukl mengantar ke canada balsam juga berfungsi untuk menjernihkan jaringan yang sudah terpulas).
- Jrigan ditutup dengan gelas penutup setelah ditetesi dengan Canada balsam terlebih dahulu.
Pelabelan
Label dituliskan : nama spesies, nama organ / jaringan, potongan melintang / membujur, pewarnaan yang digunakan, tanggal pembuatan.

Metode Pewarnaan
Metode Hasil
Hematoxylin-Eosin Biru (hematoxylin)
Sitoplasma basofilik, nukleus, bakteri, Ca. Merah (eosin)
Sitoplasma, jaringan ikat dan semua jaringan lain.
Van Gieson Kuning (as. pikrat)
Sitoplasma, otot, amiloid, fibrin, fibrinoid. Merah (fuchsin)
Jaringan ikat, hyalin. Hitam (iron hematoxylin)
Nukleus
Elastic Stain Hitam (resorchin-fuchsin)
Serabut elastik
Merah (nuklear fast red)
Nukleus
Elastic-Van Gieson (E.V.G) Kombinasi
Azan Merah (Azocarmine)
Nukleus, eritrosit, fibrin, fibrinoid, sitoplasma acidofilik Biru (Aniline blue, Orange G)
Serabut kolagen, sitoplasma basofilik, mukus.
Silver Stain Hitam (ammoniakal AgNO3)
Serabut retikulum, serabut saraf. Abu-abu
Serabut kolagen
Fat stain Merah (Sudan III, Scarlet Red)
Lemak netral Biru (Hematoxylin)
Nukleus, sitoplasma
Congo Red Merah (Congo Red)
Amyloid Biru (Hematoxylin)
Nukleus
Weigerts Fibrin Stain Biru (Lugol Solution)
........
Merah (Nuclear Fast Red)
......................
Berlin Blue Reaction Biru (Ca. Ferrocyanid)
Hemosiderin, Fe3+ Merah (Nuclear Fast Red)
Nukleus
Giemsa Biru (metil violet)
Nukleus, semua substansi basofilik. Merah (azur-eosin)
Eosinofil, sitoplasma, granula, serabut kolagen.
Ziehl-Neelsen Merah (carbol Fuchsin)
Basil tbc, Lepra Biru
Hemalum
Nukleus
Periodic Acid Schiff Reaction (PAS) Merah (Schiff Reagent)
Adjacent hydroxyl Groups & amino-alkohol.


PERIODIC ACID SCHIFF (PAS)

Prinsip :
Setelah pengecatan karbohidrat dipecah oleh periodic acid menjadi aldehid dan aldehid bereaksi dengan reagen Schiff membentuk warna merah.
Reagen :
Asam Periodat 0,5% dan Schiff (100 ml)
Reagen Schiff :
1 gr Basic Fuchsin dilarutkan dalam 200 cc aquades panas, dinginkan 50OC. Tambah bubuk padat sodium metabisulfid 2 gr, kocok sampai rata. Tambahkan HCl 10 cc, diamkan pada suhu kamar yang gelap 24 jam. Setelah itu tambah norit 0,5 gr kocok sampai rata (merah jadi hitam), pada pemakaian disaring hingga jernih.
Prosedur :
- Deparafinisasi, cuci dengan air.
- Tambahkan periodic acid selama 5 menit, tambahkan cat Schiff selama 15 menit. Cuci air 15-20 menit (sampai jaringan berwarna merah muda)
- Beri reagent Harris Hematoksilin 6 menit, cuci dgn air untuk melarutkan Harris Hematoksilin.
- Beri acid alkohol 3-5 menit
- Cuci dengan air, baru kmd diberi amonium water sampai warna biru hilang.
- Lakukan dehidrasi, clearing, mounting.
Interpretasi :
Sitoplasma merah

KANKER

Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal yang cendrung menginvasi jaringan disekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat jauh.
Kategori kanker
- Karsinoma adalah kanker jaringan epitel termasuk sel-sel kulit, testis, ovarium, kelenjar penghasil mukus, sel penghasil melanin, payudara, serviks, kolon, rektum, lambung, pankreas dan esophagus.
- Limfoma adalah kanker jaringan limfe yang mencakup kapiler limfe, limpa, berbagai kelenjar limfe dan pembuluh limfe. Timus dan sumsum tulang juga dapat dipengaruhi. Limfoma spesifik antara lain penyakit Hodgkin (kanker kelenjar limfe dam limpa) dam Limfoma Malignum.
- Sarkoma adalah kanker jaringan ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot dan tulang.
- Glioma adalah kanker sel-sel glia (penunjang) di susunan saraf pusat.
- Karsinoma in situ adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas di daerah tertentu sehingga masih dianggap lesi pra invasif.
Patogenesa :
Etiologi tidak jelas, ada beberapa teori :
- Genetik - Hormon
- Lingkungan - Virus

Teori Genetik
Keganasan terjadi akibat dari mutasi gen yang mempengaruhi proses pertumbuhan kemudian berkembang abnormal (ganas).
Teori Lingkungan
Keadaan lingkungan bisa mendorong/merangsang terjadinya keganasan. Misal : lingk. Pabrik banyak menghasilkan bahan carcinogenik.
Teori Hormon
Hormon dapat menyebabkan keganasan . misal : estrogen pada pil KB dikombinasi dgn progesteron sehingga tidak begitu bahaya.
Teori Virus
- Virus dalam tubuh mempunyai efek lisis steady state effect, incorporated.
- Incorporated : terjadi ikatan antara DNA/RNA virus dengan DNA sel sehingga ganas. Sel yang ganas pada keadaan yang memungkinkan : Inisiator dan Promotor
- Inisiator : bahan /jasad renik yang menyebabkan carcinogenesis
- Promotor : Bahan dari lingkungan / jasad renik / sesuatu yang dapat mendorong terjadinya carcinogenesis.
- Promotor dan inisiator pada proses carcinogenesis bekerja satu sama lain.


CARCINOGENESIS CERVIC
Cervic merupakan pertemuan antara epitel columnar (dalam uteri) dan Squamosa vagina, seringterjadi keganasan.
Carsinoma Cervic dapat dideteksi dengan metode PAP Smear. Faktor insidense adalah :
- Sex terlalu muda (<17 tahun)
- Ganti-ganti pasangan.
- Wanita yang banyak melakukan perkawinan
- Tingkat sosial ekonomi yang berhubungan hygiene sanitasi.

Deteksi :
1. PAP Smear
2. Schiller Test
3. Biopsi Kemudian diperiksa secara Patologi Anatomi

Keterangan :
Schiller Test adalah suatu cara dgn pengecatan biasa dgn larutan Iodium dab Potassium Chlor.
Prinsip :
Pada sel yang mengalami keganasan jumlah glikogennya kecil, hasilnya pucat. Pada sel-sel normaljumlah glikogen banyak (warna coklat : normal, tidak berwarna ganas) tapi ada juga positif palsu yaitu pada hiperplasia dan displasia. Jumlah glikogen kecil sekali namun juga merupakan gejala dini dari suatu keganasan.

PEWARNAAN PAPANICOLAOU (GURR, 1960)

Reagen yang diperlukan :
a. Hematoxylin Ehrlich / Harris
b. Orange G
- Phosphotungstic Acid 1 % aquosa 1,5 ml
- Alkohol absolut 95 ml
- Aquadest 3,5 ml
c. Papanicolaou 0,7 gram
Alkohol 95 % 100 ml
Letakkan dalam botol dan sumbatlah botol dengan kain katun kemudian panaskan dalam bak yang berisi air panas hingga larut. Dinginkan kemudian saring dengan kertas saring.

Prosedur
1. Sediaan apus yang masih basah, difiksasi dalam campuran eter + alkohol absolut (dalam volume yang sama) selama 5-15 menit.
2. Cuci berturut-turut dalam alkohol 90%, 70% dan 50%.
3. Cuci dalam aquadest
4. Warnai dalam Hematoxylin Ehrlich / Harris selama 5-10 menit.
5. Cuci lagi dalam aquadest
6. Diferensiasi dalam 0,5% HCl, cuci dalam aquadest.
7. Celup dalam aquadest dimana ditambahkan 3 tetes Lithium Carbonat jenuh dalam setiap 100 ml aquadest.
8. Cuci seluruhnya dalam aquadest
9. Cuci berturut-turut dalam alkohol 50%, 70% dan 90%
10. Warnai selama 1 menit dalam larutan Orange G
11. Cuci seluruhnya dalam alkohol 95% untuk menghilangkan kelebihan zat warna.
12. Warnai selama 2 menit dalam Papanicolaou
13. Cuci selama 5-10 menit dalam setiap Staning Jar yang berisi alkohol 95% (disini ada 3 buah Staining-Jar yang berisi alkohol 95%.
14. Cuci dalam alkohol absolut
15. Jernihkan dalam xylene dan tutup dalam Dpx atau Crystalite.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys