Pendahuluan
Sitohistoteknologi terdiri dari : Sito berarti sel dan Histo berarti jaringan. Jadi merupakan ilmu yang mempelajari tentang sel dan jaringan. Apakah unsur-unsur jaringan itu? Dalam jaringan pada umumnya terdapat 3 komponen dasar yang menyusunnya yaitu : Sel , Substansi Interseluler dan Cairan.
1. Sel
Merupakan komponen yang bersifat hidup dalam jaringan dan merupakan unit struktural dan fungsional yang terkecil dari organisme.
2. Substansi Interseluler
Bersifat tidak hidup dan sebagai hasil produksi sel. Terdapat diantara sel-sel didalam jaringan. Bentuk fisiknya dapat dipilahkan :
a. Sebagai substansi dasar karena tidak berbentuk dan dalam keadaan setengah padat.
b. Sebagai serabut.
3. Cairan
Merupakan komponen yang menonjol dalam plasma darah, cairan limfa, cairan jaringan dsb.
Susunan kimia jaringan tubuh kita terdiri atas :
Air 65 - 70 %
Protein 10 %
Lipid 10 - 15 %
Karbohidrat 10 %
Zat Anorganik 5 %
Berdasarkan fungsi dan strukturnya jaringan tubuh dikelompokkan menjadi 4 macam jaringan dasar yaitu :
1. Jaringan Epitil
Terdiri dari kumpulan sel-sel yang sangat rapat susunannya sehingga membentuk suatu lembaran, oleh karena itu disebut pula sebagai membran epitil / epitil saja untuk membedakan dengan epitil kelenjar. Jaringan ini tidak mempunyai substansi interseluler dan cairannya sangat sedikit.
2. Jaringan Pengikat
Sel-selnya tidak rapat susunannya karena dipisahkan oleh sunstansi interseluler yang nyata. Fungsi utama adalah mengikatkan ketiga jenis jaringan dasar lainnya ataupun antara organ-organ dalam tubuh. Fungsi lain adalah sebagai jaringan penyokong dll.
Oleh karena itu atas dasar struktur dan fungsi yang berbeda tersebut jaringan pengikat dalam arti luas dikelompokkan dalam :
1. Jaringan pengikat sebenarnya
2. Jaringan Kartilago
3. Jaringan Tulang
4. Jaringan Mieloid
5. Jaringan Darah
6. Jaringan Limfoid
3. Jaringan Otot
Terdiri atas sel-sel yang berfungsi untuk menggerakkan bagian-bagian tubuh. Pada umumnya selnya berbentuk memanjang bahkan dapat berbentuk sebagai serabut yang dapat berubah memendek.
4. Jaringan Syaraf
Terdiri dari sel-sel yang mempunyai tonjolan-tonjolan yang berfungsi menghantarkan impuls listrik dalam tugas koordinasi kegiatan alat-alat tubuh.
EPITIL PERMUKAAN
Epitil dikelompokkan menjadi :
1. Jaringan epitil yang menutupi dan membatasi permukaan luar dan dalam tubuh yang disebut sebagai epitil permukaan.
2. Jaringan Epitil yang tumbuh kedalam jaringan pengikat menjadi epitil kelenjar.
Asal Epitil
Sebagian besar epitil tumbuh dari lapisan ektoderm dan endoderm embrio, walaupun ada sejumlah epitil berasal dari mesoderm (misal pada sistem urogenitalis dan cortex glandula suprarenalis).
Epitil yang berbentuk membran dan berasal dari mesoderm ada 2 macam yaitu :
a. Endothelium / Endotil
Merupakan susunan sel-sel yang membatasi permukaan dalam pembuluh darah, jantung dan penbuluh limfa.
b. Mesothelium / Mesotil
Merupakan susunan sel-sel yang membatasi rongga tubuh yang besar yang juga menutupi beberapa organ tertentu misal yang melapisi Peritoneum, Pleura dan Pericardium.
Fungsi Umum Membran Epitil :
1. Proteksi / Perlindungan, karena epitil melapisi permukaan dalam dan luar tubuh.
2. Absorbsi, misal : epitil yang membatasi permukaan dalam usus. Selain berfungsi perlindungan juga berperan dalam proses penyerapan hasil-hasil pencernaan makanan yang bekerja secara selektif.
3. Lubrikasi
Misal epitil yang melapisi vagina yang tidak memiliki kelenjar.
4. Sekretoris , bertindak sebagai kelenjar.
Macam Epitil
Epitil diklasifikasikan berdasarkan :
a. Bentuk sel-sel yang menyusunnya.
b. Jumlah susunan sel-sel dalam epitil dsb.
Bentuk sel Epitil
Pada umumnya dibedakan 3 macam yaitu :
1. Sel Gepeng
2. Sel Kuboid
3. Sel Silindris
1. Sel Gepeng
Karena berbentuk sebagai sisik ikan (squamous cell). Ukuran tinggi / tebal kurang dari ukuran ukuran panjang dan lebar selnya. Dari permukaan tampak sel-sel bentuk poligonal.
2. Sel Kuboid
Ukuran tebal dan panjang yang sama sehingga nampak sebagai bujur sangkar. Dari permukaan bentuk sel tampak poligonal.
3. Sel Silindris
Ukuran tinggi melebihi ukuran lebarnya. Dari permukaan bentuk sel tampak poligonal biasanya inti bentuk oval terletak agak kearah basal.
Berdasarkan susunan sel-sel yang membentuk epitil dibedakan menjadi :
- Epitil selapis (Epithelium simplex)
- Epitil berlapis (Epithelium complex)
- Epitil semu berlapis / epitil bertingkat (Epithelium Pseudocomplex)
Atas dasar bentuk sel dan susunan sel yang membentuk epitilnya maka penamaannya yang terdapat dalam tubuh menentukan jenis epitil :
1. Epitil Gepeng Selapis (Epithelium Squamous Simplex)
Seluruh sel yang menyusun epitil ini berbentuk gepeng dab tersusun dalam satu lapisan. Batas-batas sel baru jelas bila sediaan diwarnai dengan AgNO3. Epitil jenis ini terdapat misal pada : permukaan dalam membrana Tympani, Lamina Parietalis Capsula Bowmani, Rete testism Ductus Alveolaris, Alveoli pada paru-paru, Pars Descendens Ansa Henlei pada ginjal, Mesotil yang membatasi rongga Serosa, Endotil yang membatasi permukaan sistem peredaran.
2. Epitil Kuboid Selapis (Epithelium Cuboideum Simplex)
Agak jarang ditemukan dalam tubuh. Susunannya terdiri atas selapis sel yang berbentuk kuboid dengan inti yang bulat di tengah. Dijumpai pada Plexus Choroideus di Ventriculus otak, Folikel Glandula Thyroidea, Epithelium Germinativum pada permukaan ovarium, Epithelium Pigmentosum Retinae dan Ductus Excretorius beberapa kelenjar.
3. Epitil Silindris Selapis (Epithelium Cylindricum Simplex)
Terdiri atas selapis sel-sel yang berbentuk silindris sehingga inti yang berbentuk oval tampak terletak pada satu deretan. Diketahui pada permukaan sel lendir Tractus Digestivus dari lambung sampai anus, Vesica Fellea dan Ductus Excretorius pada beberapa kelenjar.
4. Epitil Gepeng Berlapis (Epithelium Squamousum Complex)
Lebih tebal dari epitil selapis. Pada potongan melintang permukaan tampak terlihat berbagai bentuk sel yang menyusunnya. Yang berbentuk gepeng hanyalah sel-sel pada lapisan permukaan, sel-sel yang terletak lebih dalam bentuknya berubah. Epitel jenis ini sangat cocok untuk fungsi proteksi, tetapi kurang cocok untuk fungsi sekresi. Epitel jenis ini dibedakan 2 macam :
a. Epitil Gepeng berlapis tanpa keratin.
Terdapat pada permukaan basah misal : Cavum oris, esophagus, Cornea, Conjunctiva, Vagina dan Urethra Feminima.
b. Epitil Gepeng berlapis berkeratin
Pada epidermis kulit.
5. Epitil Silindris Berlapis (Epithelium Cylindricum Complex).
Terdiri atas beberapa lapisan sel dengan lapisan teratas berbentuk silindris dan bagian basal selnya tidak mencapai membrana basalis. Ditemukan pada : peralihan Oropharynx ke Larynx, Urethra Pars Cavernosa, Ductus Excretorius beberapa kelenjar.
6. Epitil Kuboid Berlapis (Epithelium Cuboideum Complex)
Terdiri atas sel-sel permukaan yang berbentuk kuboid. Jenis ini tidak terlalu banyak diketemukan dalam tubuh misal : pada ductus excretorius glandula parotis dan dinding Anthrum Folliculli Ovarii.
7. Epitil Silindris Bertingkat (Epithelium Cylindricum Pseudocomplex)
Semua sel-sel yang menyusunnya mencapai membrana basalis, karena tinggi sel-selnya tidak sama, maka puncaknya tidak semua mencapai permukaan epitil.
Mempunyai modifikasi adanya silia pada permukaan sel yang berukuran tinggi disebut sebagai epitil silindris bertingkat bersilia yang terdapat pada : Trachea, Bronchus yang besar dan ductus deferens. Pada trachea sel-sel yang mencapai permukaan ada 2 jenis yaitu sel bersilia dan sel piala (Goblet cell) yang berfungsi sebagai sel kelenjar.
8. Epitil Transisional
Merupakan bentuk peralihan yang berubah bentuknya tergantung dari keadaan ruangan organ yang dibatasi. Epitil ini sangat tepat untuk melapisi permukaan suatu organ berongga yang selalu mengalami perubahan volume seperti kandung kemih.
Jaringan Otot
Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus berkontraksi sehingga ada gerakan. Otot terdiri atas serabut silindris yang mempunyai sifat yang sama dengan sel dari jaringan lain. Ada 3 jenis otot :
1. Otot bergaris (otot lurik, otot kerangka atau otot sadar) berkontraksi karena rangsangan saraf.
2. Otot Polos (otot tidak bergaris, otot licin, otot tak sadar) berkontraksi tanpa rangsangan saraf.
3. Otot jantung : otot bergaris seperti otot lurik, mempunyai kemampuan khusus : berkontraksi otomatis dan ritmis tanpa tergantung ada tidaknya rangsangan saraf.
Jaringan Saraf
Terdiri atas tiga unsur yaitu :
1. Unsur berwarna abu-abu yang membentuk sel saraf.
2. Unsur putih, serabut saraf
3. Neuroglia, sejenis sel pendukung yang menghimpun dan menopang sel saraf dengan serabut saraf.
Setiap sel saraf dengan prosensusnya yaitu neuron.
Jaringan Pengikat (Connective Tissue)
Gambaran Histologis yang merupakan ciri :
1. Terdiri dari macam-macam sel.
2. Terdapat substansi interseluler
3. Berasal dari jaringan Mesenkhim.
Fungsi :
1. Mengikat, menghubungkan dan mengisi celah antara jaringan lain.
2. Sebagai penyokong atau penopang
3. Berfungsi khusus.
Berdasarkan fungsi dan gambaran Histologis tsb dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok :
1. Jaringan pengikat biasa
2. Jaringan pengikat penyokong yang mencakup kartilago dan tulang
3. Jaringan Hemopoietik, darah dan jaringan Limfoid
Komponen jaringan pengikat terdiri atas :
Sel
Substansi dasar : substansi amorf tempat komponen-komponen lain dari jaringan pengikat terendam.
- Mukopolisakarida (lendir) terdiri atas :
Asam hialuronik tanpa gugus sulfat dan asam kondroitin sulfurik.
- Glikoprotein (dapat diwarnai dengan PAS)
Komponen Fibriler
- Serabut kolagen
- Serabut elastis
- Serabut Retikuler
Serabut Kolagen
Terbentuk dari protein dari kolam, merupakan jenis protein paling banyak dalam tubuh. Dimeter 1 m – 12 m, rata-rata 7,7 m. Dalam jaringan pengikat longgar sehingga tampak berjalan bergelombang. Merupakan gambaran serabut halus yaitu fibril. Pada kondisi segar berwarna putih berbentuk serabut putih dan merupakanbahan keras, bila direbus menjadi lunak disebut gelatin. Dengan pewarnaan biasa (H.E) berwarna merah muda / merah. Dengan pewarnaan khusus Van Giessen berwarna merah cerah, dengan Pewarnaan Mallory berwarna biru.
Serabut Elastis
Penyusunnya adalah protein elastis, bersifat sangat tahan terhadap pengaruh kimia, dalam keadaan segar berwarna kuning, bersifat kenyal. Pewarnaan HE berwarna lebih merah. Pewarnaan khusus yaitu zat warna Orcein / Resorchin-fuchsin (Weigert). Serabutnya tipis dan panjang dengan ketebalan < 1 m sampai dengan beberapa m.
Serabut Retikuler
Serabut-serabut halus yang saling berhubungan membentuk anyaman / jala. Sangat sulit dilihat dengan pewarnaan H.E. Dengan Impregnasi garam perak tampak anyaman hitam. Dapat diwarnai dengan PAS. Banyak dijumpai sebagai kerangka dalam jaringan Limfoid dan Hemopoeitik.
Berdasarkan Tingkat Diferensiasi jaringan pengikat dibedakan :
1. Jaringan Pengikat Embrional
Dalam embrio ada 2 jenis yaitu : jaringan mesenkhim dan jaringan mukosa. Jaringan mukosa yang juga merupakan jaringan embrional terdapat pada tali pusat, humor vitreus dalam bola mata. Bentuk sel oval stelat dengan inti sesuai bentuk selnya.
2. Jaringan Pengikat Dewasa
Ada 5 jenis :
1. Jaringan pengikat longgar
2. Jaringan pengikat padat
3. Jaringan pengikat retikuler
4. Jaringan pengikat berpigmen
5. Jaringan lemak.
1. Jaringan pengikat longgar
Mempunayai struktur longgar, komponen sel-selnya dipisahkan oleh substansi interseluler yang nyata. Jenis sel yang terdapat dalam jaringan ini adalah fibroblas, sel lemak, Plasmasit, Makrofag, mastosit, sel-sel mesenkhim belum berdifendiasi, sel imigran dan sel pigmen.
2. Jaringan pengikat padat
Hubungan komponen jaringan yang menyusunnya rapat.
3. Jaringan pengikat retikuler
Sebagian besar tersusun atas serabut retikuler, biasanya terdapat sel retikuler primitif / sel makrofag dengan semua bentuk peralihannya. Serabut dan sel-selnya membangun kerangka (stroma) dalam jaringan limfoid dan jaringan mieloid.
4. Jaringan pengikat berpigmen
Tidak banyak terdapat dalam tubuh, diantaranya terdapat sebagai Tunica Suprachoroidea dan lamina fusca yang terdapat dalam Sclera bola mata. Karena adanya pigmen, tidak memerlukan pewarnaan khusus karena sel berpigmen (melanosit) sangat mudah dicari.
5. Jaringan Lemak
Sebagai pelindung terhadap gangguan suhu dan mekanik, berperan penting dalam metabolisme.
Jaringan pengikat Penyokong
Terdiri atas cartilago (tulang rawan) dan tulang. Mempunyai daya tahan besar karena struktur yang sangat berbeda.
Cartilago (tulang rawan)
Tidak memiliki pembuluh darah untuk nutrisinya. Substansi dasar mengandung serabut kolagen atau dengan serabut elastis. Mempunyai kemampuan tumbuh cepat sehingga merupakan kerangka sementara yang baik untuk embrio yang kelak diganti dengan jaringan tulang.
Pada permukaan persendian, cartilago dipertahankan untuk mengatasi pergesekan antara ujung-ujung tulang.
Struktur Histologi : terdiri atas komponen sel, serabut-serabut, dan substansi dasar (matriks).
Pada permukaan cartilago terdapat jaringan pengikat padat fibrosa yaitu Perichondrium kecuali pada permukaan sendi.
Berdasarkan jumlah matriks dan komposisi serabut-serabutnya dalam tubuh ada 3 jenis cartilago yaitu :
1. Cartilago Hyalin
Berwarna putih bening, terdapat pada permukaan persendian sebagai cartilago articularis. Pada saluran nafas, hidung, larynx, trachea, bronchus sebagai kerangka dinding.
2. Cartilago Elastis
Berwarna kekuning-kuningan, lebih lentur, terdapat pada cuping telinga, dinding saluran telinga luar, tuba eustachii, epiglotis, dan sebagian kerangka larynx.
3. Cartilago Fibrosa
Bentuk peralihan dari cartilago hyalin yaitu jaringan pengikat padat.
Jaringan Tulang
Beberapa perbedaan pokok dengan cartilago adalah :
1. Tulang memiliki sistem kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang.
2. Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel tulang
3. Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi.
4. Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.
Adanya pengapuran dalam substansi tulang sehingga pembuatan sediaan tulang yang disayat memerlukan teknik khusus. Agar mudah disayat dengan mikrotom, garam kapur dalam substansi interseluler dikeluarkan dahulu dengan dekalsifikasi menggunakan asam (misal : asam nitrat 5 % atau dengan EDTA / Ethylene Diamine Tetra acetic Acid). Cara lain tanpa dekalsifikasi adalah dengan menggosok sampai menjadi keping-keping tulang sangat tipis sehingga dapat diamati dengan mikroskop cahaya.
PERADANGAN
Radang adalah merupakan reaksi lokal jaringan vaskuler terhadap jejas. Tanda utama radang :
1. Bengkak (tumor).
2. Merah (Rubor)
3. Panas (Calor)
4. Nyeri (Dolor)
5. Gangguan Fungsi
Dasar Reaksi radang :
Suatu jaringan vaskuler bila mendapat jejas akan terjadi perubahan-perubahan sebagai usaha tubuh untuk memusnahkan agent yang membahayakan. Perubahan-perubahan tersebut antara lain :
1. Perubahan Hemodinamika
a. Vasokonstriksi
b. Vasodilatasi
c. Aliran darah menurun
d. Leukosit akan menepi (margination) dan memipih sepanjang dinding pembuluh darah (pavementing).
2. Perubahan permeabilitas
3. Eksudasi leukosit dan memakan agen (fagositosis)
Tahap-tahap proses fagositosis :
1. Pengenalan (recognation) melalui proses opsonisasi
2. Ditelan dengan pembentukan pseudopoda fagolisosom
3. Penghancuran (degradation)
Beberapa cara penghancuran agent yang sudah berada didalam fagolisosom :
1. Mekanisme penghancuran yang tergantung dengan oksigen
a. Sistim H2O2 myeloperoksidase halide
b. Super oksida (O2-)
2. Mekanisme penghancuran yang tidak tergantung dengan oksigen
a. Ion hidrogen yang mempengaruhi pH
b. Enzim lisosome
c. Fagositin
Mediator kimiawi radang :
Berupa yang berasal dari plasma, sel maupun jaringan yang rusak. Bahan tersebut diantaranya :
1. Vasoactive amin
2. Plasma Protease
a. Sistim Kinin
b. Sistim komplemen
c. Sistim koagulasi fibrinolitik
3. Prostaglandin
4. Produk Netrofil
5. Mediator lain seperti : Slow Reacting Substance, Endogeneus Pyrogen dan Substan P.
Sel Radang
Merupakan sel yang ikut aktif pada reaksi radang. Yang termasuk sel radang antara lain :
1. P.M.N : Neutrofil, Eosinofil dan Basofil
2. Monosit
3. Limfosit
4. Plasma Cell : Sel B, Sel T dan Sel Noel.
Neutrofil
Merupakan sel yang pertama yang mengikuti reaksi keradangan. Disamping berfungsi untuk pertahanan tubuh juga ikut mengembangkan reaksi keradangan lebih lanjut. Mempunyai 2 jenis granula :
1. Granula yang spesifik, berisi :
a. Lisosim
b. Lactoferrin
c. Alkaline Fosfatase
2. Azurophilic Granula, berisi :
a. Acid Hydrolase
b. Neutral Protease
c. Myeloperoksidase
d. Lisosim
Neutrofil merupakan sel dengan diferensiasi yang tinggi, sel ini mempunyai :
1. Reseptor pada membran yang berfungsi untuk pengenalan benda asing.
2. Protein yang kontraktil yang berfungsi untuk pergerakan perubahan bentuk.
3. Bahan-bahan untuk fagositosis maupun penghancuran dalam sitoplasma.
Eosinofil
Dengan pewarnaan eosin berwarna merah, sitoplasmanya mengandung granula yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap asam eosin. Sel ini mempunyai bahan-bahan :
1. Peroksidase (untuk deaminasi oksidatif histamin)
2. Aryl Sulfatase B (yang merusak SRS dari reaksi anafilaktik)
3. Histaminase ( untuk deaminasi oksidatif histamin)
4. Fosfolipase D (yang menginaktifkan platelet anaphylaxis factor)
Sel ini selain berfungsi melindungi tubuh dari benda asing juga berfungsi mengakhiri reaksi alergi. Sel ini juga banyak dijumpai pada infeksi parasit.
Basofil dan Mast Cell
Mempunyai fungsi yang mirip didalam reaksi alergi (hipersensitivitas tipe I). Perbedaan secara morfologi :
- Basofil mempunyai inti besar berlobi, sitoplasma mengandung granula yang berisi heparin, histamin dan tidak mengandung asam hidrolase.
- Basofil didapatkan didalam sirkulasi
- Mast cell diduga berasal dari jaringan ikat, mempunyai inti yang bulat dan bergranula yang mengandung heparin, histamin, dan asam hidrolase.
Monosit dan makrofage
Merupakan sel pembersih didalam tubuh. Berada di lokasi keradangan pada stadium lanjut, memakan partikel asing, debris dari sel tubuh yang rusak, darah merah yang rusak, protein dll. Termasuk sistim phagositosis yang mononuklear.
Didalam reaksi keradangan Makrofage bertugas :
1. Fagositosis dan penghancuran organisme / benda asing
2. Melepaskan enzim yang potensial
3. melepaskan bahan kemotaksis dan permeabilisator yang berfungsi untuk memperpanjang reaksi keradangan.
4. Melepaskan bahan-bahan yang merangsang leukositosis dan panas.
5. Melepaskan bahan yang membantu penyembuhan
6. Melepaskan protein yang penting untuk pertahanan tubuh.
Limfosit dan Plasma cell
Berfungsi didalam reaksi imunologis dan memproduksi antibodi. Berfungsi didalam reaksi hipersensitivitas yang lambat. Banyak didapatkan pada radang Granulomatous seperti tbc, lues dan reaksi radang akibat infeksi virus maupun Rickettsia.
Jenis radang :
1. Radang akut
2. Radang kronis
3. Radang granulomatik
1. Radang Akut
Ditandai adanya perubahan permeabilitas vaskuler dan eksudasi. Eksudatnya berisi cairan plasma, protein dan sel. Berdasarkan komposisi bahan-bahan tersebut maka eksudat radang akut dapat dibagi :
a. Eksudat yang serous
Merupakan eksudat yang rendah protein, dapat Berasal dari serum darah atau sekresi sel mesotel, misal : eksudat luka bakar. Secara mikroskopis sukar dilihat ; biasanya berdasarkan adanya ruangan abnormal diantara sel yang berisi presipitat yang halus.
b. Eksudat Fibrinosa
Mrpkan eksudat yang kaya protein, termasuk fibrinogen dan endapan masa fibrin yang khusus pada respons inflamasi tertentu. Misal : rematik yang mengenai cavum pericardii.
c. Eksudat Supurative atau Purulent
Eksudat kaya akan pus yang banyak dihasilkan kuman pyogenik misal : Staphylococcus, Pneumococcus dsb. Eksudat purulent sering dijumpai pada apendisitis akut, abses.
d. Eksudat Hemoragik
Eksudat ini akibat beratnya jejas akibat pecahnya pembuluh darah atau diapedesis eritrosit. Dasarnya adalah dapat berupa eksudat fibrinosa atau supuratif, oleh karena terjadi ekstravasasi sehingga disebut Eksudat hemoragik.
2. Radang Kronis
Berjalan lama, terdapat proses fibroblastik (proliferasi) sehingga proses eksudasi sangat berkurang. Sel radang yang sering tampak adalah sel radang yang mempunyai gerakan lambat misal : limfosit, monosit dll.
3. Radang Granulomatous
Merupakan radang kronis yang membuat jaringan granulasi yang khusus yang disebut granuloma. Granuloma merupakan kumpoulan sel radang (modifikasi makrofage) yang dikenal sebagai sel epiteloid, Biasanya dikelilingi oleh lingkaran limfosit. Secara histologis (dari luar kedalam) suatu granuloma terdiri dari 3 daerah :
1. Daerah Limfosit (paling luar)
2. Daerah sel epilteloid, dapat disertai maupun tanpa sel datia.
3. Dibagian tengah pada tuberkel lunak didapatkan nekrosis pengejuan .
Granuloma didapatkan pada TBC, Sarkoidosis, Kandidiasis, lues dan Aktinomikosis.